Saturday, December 20, 2008

Voting Iseng = Hadiah

Baru aja buka email yang jarang dibuka, disalah satu subject ada yang berjudul: MEN EXPERT - Polling Winners Confirmation. Seperti biasa, aku pikir ini cuma spam email. Tapi setelah memperhatikan sender nya (web_admin), aku jadi penasaran membukanya. Dan isinya:
Dear MEN EXPERT Voters, L'Oreal Paris MEN EXPERT mengucapkan terima kasih atas partisipasi Andadalam Polling MEN EXPERT TELCO GALZ ALL-OUT BRAWL, danSELAMAT! Anda adalah salah satu dari 20 Voters beruntung yang memenangkanProduk MEN EXPERT.Hadiah akan kami kirimkan ke alamat korespondensi Anda. Oleh karena itu,mohon Anda menginformasikan alamat kirim dan no. telepon yang dapatdihubungi ke alamat email ini.Sekali lagi, kami ucapakan terima kasih dan congratz.Nantikan kejutan lain yang lebih menarik dari www.MenExpert.co.idBest Regard,Web Admin http://www.menexpert.co.id/

Setelah diingat2, ternyata aku pernah voting, awalnya sih untuk mendukung brand ambassador produk telco di mana tempat aku bekerja. yah, surprised sih! Thanks ya MenExpert! Hehe...

Tuesday, December 16, 2008

1000

Alhamdulillah dan terima kasih buat viewers yang telah mampir ke blog sederhana ini. Sampai akhirnya mencapai jumlah 1000 hits sejak awal mula penggunaan blog counter di kuartal keempat tahun ini. Terima kasih juga buat viewers yang telah meluangkan waktunya dalam memberi komentar2 di beberapa posting. Untuk kedepannya (yang juga mungkin merupakan salah satu keinginan di tahun 2009), aku pengen menulis lebih sering lagi dengan isu yang lebih luas lagi. Baik untuk konsumsi pribadi maupun untuk informasi para bloggers. Harapannya semoga blog ini bermanfaat dan berguna. Ditunggu untuk comment nya ya...! :)

Thursday, November 20, 2008

Tempat Kos Di Palembang

Wah, sebenarnya sudah lama juga mau isi blog ini. Tidak terasa sudah satu bulan tidak ada entry-an. Sekarang ceritanya aku sedang menikmati pengalaman pertama housing in a lodge atau nge-kost, hehe… Tidak terasa udah dua minggu lebih berada di Palembang. Mungkin kalau ada pembaca yang butuh informasi mengenai tempat kos di Palembang, aku bisa beri info sedikit (maaf, nggak bisa banyak2 karena belum terlalu menjelajahi Palembang).
  • Tempat kos aku sekarang tinggal letaknya di Jalan Trikora Lr. Swakarya H-22. Pada saat
    pertama kali melihat tempatnya, aku langsung merasa cocok. Tempat kosnya nyaman, bangunan dan kamar serta perabotannya lumayan baru. Didalamnya ada televisi 14 inci, AC yang super dingin, lemari pakaian, tempat tidur single size, dan meja. Aku tinggal di lantai 2 di kamar nomor 11. Harga kos per bulan sebesar 1 juta rupiah, sudah termasuk cuci gosok pakaian setiap hari. Untuk makan malam, rasanya nggak terlalu repot kok. Bisa cari di Palembang Square dengan jarak tempuh cuma 5 menit (naik ojek atau mobil). Atau kalo malas ke sana bisa nitip ke penjaga malam, sekedar beli nasi goreng atau sejenisnya. Atau kalau masih malas juga, minta tolong aja sama penjaga rumah untuk dibuatin mie goreng atau rebus. Hehe.. Soal transportasi juga nggak terlalu repot. Pangkalan ojek ada di beberapa titik. Angkutan kota juga ada di depan jalan. Kebanyakan penghuni sih punya mobil sendiri. Di lokasi kos juga ada pendopo, bisa baca dan nonton TV di sana, atau sekedar mengobrol. Sayangnya jarang ada interaksi sesama penghuni kost. Wajar aja sih, karena seluruhnya adalah pegawai kantoran nine to five. Akhir minggu pun jarang ketemuan, karena mayoritas balik ke kampung halaman masing-masing, kebanyakan sih di Jakarta. Satu lagi yang mungkin terasa kurang, kebanyakan penghuni sudah berumur di atas 40 tahunan. Maunya sih ketemu yang sebaya-an supaya bisa jadi teman sepermainan.

  • Selain di Swakarya, aku juga sempat lihat di Jalan Demang Lebar Daun. Harganya sangat mahal, 1.4 juta/bulan! Konsepnya seperti motel, mobil bisa diparkir di depan kamar. Isi kamar lebih luas dari kamar kos, lengkap dengan LCD TV, AC, spring bed, dan lemari pakaian. Makan malam juga mudah, di depan ada banyak warung. Transportasi juga nggak sulit karena tempat kos nggak jauh dari pinggir jalan. Katanya sih kebanyakan penghuni adalah pegawai bank.

  • Di belakang Bukit Demang Azhar juga ada tempat kos. Di sini bisa kos bulanan atau mingguan. Harganya juga murah, sekitar 500 ribu. Kalau tidak ada kendaraan sih sebenarnya agak susah, karena untuk menuju jalan besar harus jalan kaki sekitar 300-500m. Tapi sebenarnya lokasi kos ini nyaman sekali, banyak pepohonan dan ada pendopo di tengah kumpulan kamar kos.

  • Di Dwikora lebih banyak ditemukan tempat kos, baik untuk anak kuliahan maupun orang kantoran. Harga berkisar dari 350 ribu (kamar mandi di luar) sampai 1 juta rupiah. Kalau untuk orang kantoran yah pastinya mikir2 lagi untuk ngekos bareng anak kuliahan, menghindari keributan. Hehe…

  • Di sekitaran Palembang Square juga banyak tempat kos. Rata2 600 ribu ke atas, belum termasuk biaya cuci pakaian. Kebanyakan penghuni kos adalah karyawan kantor sekitaran, seperti Indosat dan XL. Akses kemana2 juga dekat, karena lokasinya yang memang strategis.
Itu aja sih info hasil dari pencarian bersama driver kantor. Aku berkesimpulan kalau ngekos di Palembang termasuk mahal jika dibandingkan dengan Medan.
  • Nambah info lagi: kmrn aku iseng nanya2 tentang tempat kos lagi. Dua2nya dekat dg PS (Palembang Square). Yang pertama, di Jl. Sriwijaya IV No. 6B Dwikora II (dekat bgt dg PS!). Bisa sewa per bulan dg harga 1 juta/bln. Fasilitas: spring bed, TV 21 inci, lemari, kamar mandi plus shower, pendopo, laundry. Total kamar ada 30-an (3 tingkat). Bagi yang suka keramaian, boleh juga pilih tempat kos ini. Selain memang dkt dg pusat perbelanjaan, di tempat kos itu sendiri memang penuh penghuni. Oh ya, bisa juga sewa harian sebesar Rp. 100.000,-/hari.
Tempat kedua: di Jalan Sriwijaya No. 2722 (dekat dg tempat kosku yg skrg). Lokasi dekat Mesjid, kamar luaassssss..... Fasilitas: hampir sama dengan yg di atas. Harga sewa per bulan Rp. 1,3 juta/bulan. Parkiran mobil juga luas.

Tuesday, October 21, 2008

The Expansion

Sometimes, an inspiration comes in sudden way and time. No matter what we feel and what we’re doing during that time. This poet (If I might said so), made when I was in the class room for ‘Poetry’ major about four years ago. Not sure what’s behind this writing. Was the poetry major inspire and trigger my sense of art or someone who’s always on my mind? LOL… I guess both of them. This poet is just for you, as always (even we’re just a regular friend, huh? Hehe…). But, I don’t think this is always for you. Maybe next time, I will dedicate this for my forthcoming ‘crush’. Hehe…

Je vous dois. Vous êtes l'inspiration. la mouche avec mes rêves. votre beauté sèche parce que je ne peux pas l'absorber. mais vous êtes toujours mon expansion! (sorry for my bad francais! :) )

The armies battled… The armies battled straight to the point The armies battled over territory The armies battled for the supremacy of love The armies battled over and over The armies are mine, inside of my lung The armies are the every beats of my heart

The empires arose… The great empires arose for a while The Greek, the British, even the Roman they’re for a while But my empires of love are forever They won’t let us go astray

Im so and so in Love… This expansion will never stop!

Wednesday, October 1, 2008

JADWAL KULIAH SEMESTER GANJIL T.A. 2004/2005

JADWAL KULIAH SEMESTER GANJIL T.A. 2004/2005

Tadinya iseng buka-buka file lama di komputer, eh malah nggak sengaja nemu jadwal kuliah pas masa muda dulu (emang skrg udah tua ya?-iya nih, wrinkles nya makin kentara- kan nggak apa, masih kelihatan cakep kok spt George Clooney… ini ceritanya lagi self-talking. Hehe..). Coba perhatikan jadwal kuliah semester akhir ini. Monday to Saturday! From ‘dawn’ till evening. Dang, what did I do those day?????!!! Kurang kerjaan bgt kuliahan terus! Pdhal aku bukan tipe pemikir yang suka berkutat dengan buku (reading isnt my fave thing to do, kecuali dari internet), bukannya tidak ada kerjaan lain yang dapat dilakukan, bukan juga tipikal ilmuwan yang bercita-cita ‘in discovering things’. Lagipula untuk semester2 akhir bukannya mata kuliah yang diambil semakin sedikit, kecuali banyak subject yang diulang. Hmmm… Ayo kita lihat jadwalnya. Let me get my long term memory back. (For readers references, I took two different majors at two different universities, Psychology and English Lits).

Senin

08.00 – 09.40 Kode Etik (2) Irmawaty, M.Si

14.00 – 15.40 Seminar (2) Raras Sutatminingsih, M.Si

14.00 – 15.40 Bahasa Indonesia (2) 1-E Dra. Adelina Ginting, MS

16.00 – 17.40 Business English (2) 7-D Drs. Amansyah Thomas, SE

I Hate Monday…. Oh yes, baby… Tapi pada dasarnya enggak juga, ding. Seru juga memulai hari dengan mata kuliah yang kalo denger namanya aja udah agak segan, kode etik. Yep, perlu penanaman moral sehingga bermanfaat untuk profesi kedepannya. Dosennya juga dosen senior, yang sekarang sudah jadi Guru Besar. Kalau dilihat dari jadwalnya, mata kuliah ini selesai jam 09.40. Yg berarti ada sekitar 4 jam jeda ke mata kuliah selanjutnya. Ini yang aku manfaatin buat ‘main-main’ kesana kemari (salah satu fakta yang menguatkan bahwa aku bukan kutu buku bukan?- wink-).

Bentar… Bentar… Apakah kalian menyadari bahwa aku mengambil dua mata kuliah sekaligus di waktu yang sama? Ya… Ya… Di Psikologi aku sudah semester 7 saat itu, sehingga utk bisa nyusun skripsi di semester depan, aku harus mengikuti seminar. Aku memutuskan untuk mengambil seminar psikologi klinis. Sementara, di Sastra aku ambil mata kuliah Bahasa Indonesia. What? Bahasa Indonesia? Hehe… Iya, aku dapat nilai D waktu semester 1 *tersipu malu* . Gara-gara aku malas bgt ikutan kerja kelompok tugas akhir, akhirnya tugas terbengkalai dan selesai melewati batas waktu. Akibatnya sama teman2 satu kelompok terpaksa ‘ngemis’ minta dispensasi ke rumah dosen bersangkutan. Untung baik, diterima! Dasar apes, tetap aja nggak buat lulus. Aku tetap dapat D karena absen banyak bolongnya (aku terkenal sebagai si tukang titip absen dan si mahasiswa sering absen lho… *bangga*). Teman yang lain tetap lulus walau dapat C. Apes! Hehe… Pada akhirnya aku bertekad menebus kesalahan masa lalu, dan dengan ikhlasnya bergabung dengan anak2 yg baru masuk, dan kembali harus ikhlas mendapat seniorisasi dengan adanya sebutan ‘abang’. Padahal itu membuatku serasa menjadi mahasiswa uzur yang sudah seharusnya hengkang dari universitas (saat itu semester 9). Hehe… Keikhlasan berbuah manis, D menjadi A! Senangnya… mengingat kalau gagal lagi, harus mengulang di semester 11 (sistem ganjil ke ganjil sih). Spekulasi juga berbuah manis, seminar yang waktunya bisa difleksibelkan, dapat nilai B. Hmm… I regard myself as a risk taker. :)

Selasa

08.00 – 10.30 Psikologi Umum II (3) Agatha VST, S.Psi, Eka DJ, Psi, Ika

10.30 - 12.10 Bahasa Inggris (2) Rudy Ginting, SS

13.00 - 14.40 Prakt. Lab. Sos (2) Tim Bagian Psi. Sosial

16.00 – 17.40 Pancasila (2) 1-E Drs. Tampilem, M.Pd

Di Psikologi, Alhamdulillah aku nggak pernah dapat nilai D kebawah. Tapi demi meningkatkan IPK dan mengisi waktu kuliah yang luang, akhirnya aku mengulang mata kuliah yang nilai C. Tapi emang dasar dosen di Psikologi ngirit ngasih nilai, mata kuliah Psi Umum berhasil menambah 3 angka, dari C ke B! atau emangnya akunya yang oon ya?.

Aduh, malu nih membahas mata kuliah selanjutnya bahasa inggris dan pancasila. Hehe.. tapi masih ikhlas kok bergabung dengan kelas junioran. Hasilnya… ehem…. Ehem… bahasa inggris dapat A dari C+, kalo pancasila lupa. Biar mata kuliahnya kelihatan enteng2, tapi stres juga kalo hari selasa. Ada mata kuliah Praktikum Lab. Psi Sosial, mana dosennya gabungan dosen galak2, judes2, sadis2, bengis2, (hiperbolik nih…), ngasih nilai juga irit, kelihatan bgt ibu2 RT nya. Hehe…

Rabu

08.00 – 09.40 Psikologi Komunitas (2) Meutia Nauly, M.Si, Dra.RikaEliana, Sri Mulyani, S.Psi

14.00 – 15.40 Sejarah Keb. Indonesia (2) 1-D Masyitah Dewi Ginting, M.Sc

Aku cinta hari Rabu! Udara segar terasa mahal, langka, dan berarti. Cuma ada dua mata kuliah. Dan untungnya dosen2 psi komunitas jarang masuk. Aku benci mata kuliah ini, nggak berbobot, nggak jelas, nggak masuk ke otak. Kalau ditanya apa yang aku ingat dari mata kuliah ini, aku harus menjawab jujur: NIHIL! Hehe… Bahkan nilai apa yang kudapat juga udah lupa. LOL…

Kamis

08.30 – 10.10 Fonologi (2) 5-A H. Rahmadsyah Rangkuty, MA

10.30 – 12.10 Perilaku Konsumen (2) Eka DJ, Psi, Zulkarnaen, Psi

13.00 – 14.40 Psikologi Kesehatan (2) Meidriani Ayu Siregar, M.Kes, Elly, S.Psi

Mata kuliah Fonologi mengerikan! Susah dimengerti. Dosennya kalo berbicara gigi atas nggak kelihatan! Bibir atasnya seperti nggak bisa diangkat, makanya suara yang keluar jadi upper labial. Hehe… Makin buat tambah bingung! Angkat tanganlah… Desperate nih! Hiks… Harus cari strategi baru. (afiliasi sana, afiliasi sini…). Aku kan masuk kelas pagi, jadi kalo mau ujian atau kuis tanya sama anak sore yang masuk hari sebelumnya. Biasanya soal2nya banyak yang hampir mirip atau sejenis. Jadinya belajarnya hemat waktu dan hemat biaya (coba kalo gara2 belajar fonologi diopname di RS, kan jadi pemborosan! LOL). Hasil akhir, ehem… ehem… A!!! Hahaha… Dosennya ngantuk kali kalo periksa lembar jawaban. (cara belajar seperti ini jangan dicontoh).

Selesai stres dari fonologi, aku antusias mengikuti Perilaku Konsumen. Aku paling suka mata kuliah ini. Mgkn bisa meruntuhkan keyakinanku kalo aku nggak berbakat di bidang marketing. Buktinya kalau dipikir2 secara teoritis, aku nggak bego2 amat di bidang ini.

Jumat

10.20 – 12.00 Structure (2) 1-B Rahmah Fithriani, SS, M.Pd

14.00 – 15.40 Psikologi Forensik (2) Drs. Letkol (Purn) Yoewono

16.00 – 17.40 Peng. Linguistik Umum (2) 3-D Drs. Siamir Marulafau, M.Hum

Hari Jumat adalah hari mepet sedunia, karena harus serba singkat waktunya, kan ada sholat Jumat. Makanya harus cari akal supaya aku nggak rugi akibat nggak ambil mata kuliah apa pun. Akhirnya saat penyusunan KRS (kartu rencana studi), harus jeli melihat peluang yang ada. Mata pun ternyata ke satu nama : Rahmah Fithriani. Then I started to shrink like a wolf. Hehe... Dosen satu ini udah nggak asing sama aku, bisa dikompakin. Jadi aku bisa sering absen tanpa menggagalkan kemungkinan untuk bisa ikut UTS atau UAS. Hehe... Kompensasinya, aku harus ikut bantu2 periksa lembar jawaban. Perjanjian yang sepadan. Hihi...

Sabtu

08.00 – 10.30 Psikologi Perkembangan II (3) Meidriani Ayu Siregar, M.Kes,Dra. Elvi Andriani

10.30 – 12.10 Psikologi Konseling (2) Raras Sutatminingsih, M.Si,Namora L.Lbs, BHSc Psy

Sia-sia…. Bermaksud menambah nilai malah nggak dapat apa-apa. Psikologi Perkembangan tetap aja dapat C+. :( Padahal udah merelakan waktu hari Sabtu untuk kuliah. Untungnya Psikologi Konseling bisa dapat A. Ikhlas… ikhlas… :)

Yah begitulah para pembaca yang budiman, kesibukan sebagai mahasiswa yang juga budiman. Ternyata kuliah itu nggak selamanya membosankan. Malah ada seni tersendiri didalamnya. Mulai dari akal-akalan absen (aku sering tipe-ex tanda kali menjadi tanda check-list lho… yang berarti dari tidak hadir menjadi hadir… hehe…), stres menghadapi ujian (apalagi kalo ujiannya berbarengan), kompak2in teman satu kelompok kerja (maaf ya kalo sering nggak ikut kerja kelompok, nilai akhirku nanti aku bagi sedikitlah ke kalian J), pinter2 milih jadwal kuliah sekaligus melihat peluang meraih nilai maksimal (seperti pialang gitu deh…), membagi waktu (jarak antar kampus lumayan jauh juga, andai aja ada pintu kemana saja nya Doraemon), mengatur keuangan (you know lah, text book banyak dan susah didapat shg hrs rajin2 fotokopi, plus kebiasaan yang malas nyatat yg menyebabkan boros foto kopi catatan teman, dll), and so on… and so on…

Jadi rindu masa kuliah! :)

NB: akhirnya setelah itu semua, penulis pun 'akhirnya' lulus juga pada program studi psikologi fakultas kedokteran (sekarang udah jadi fakultas sendiri, fakultas psikologi) dengan masa studi 3 tahun 7 bulan di bulan Maret 2005, namun dg IPK pas2an :). selang dua bulan kemudian, alhamdulillah bisa kelar juga di fakultas sastra dg masa studi 4 tahun 7 bulan. setelah itu siap2 jadi pengangguran :)/

WHY DID MALAYSIAN MUSICIAN DECLARE A RIDICULOUS 90:10?

As a common people, Im trying to make any comments regarding to Malaysian Musicians’ declaration that Malaysian Song should be played 90% by their local radio stations. It means that the rest 10% pointed to international songs, included Indonesian Songs. By far, many Malaysia local radio stations played Indonesian Songs which are very popular among the Malaysian, both for local consumption and Indonesian Citizen living there. Dewa 19, Slank, Peter Pan, Gigi, Agnes Monica, Mulan Jameela, Padi, and so on are well recognized, their popularity is easily rising up due to their musical ability and personal attributes.

Now, I’m going to have a flashback to the classic era of P. Ramlee. When I was a kid, I often listened to his music through my parents’ audio equipment and Malaysia local prominent TV Station, TV3. Many his songs’ became familiar to my ear (i.e: Engkau Laksana Bulan or Anakku Sadzali). The more I listened to him, the more I admired his charm existence. Not only to his music, but also to his legendary movies.

I read an article in local newspaper today. It reports that at the year of 50’s and 60’s many Indonesian musician acted as a mentor for Malaysian musician. Not less those Malaysian became a well-educated and professional in their music field, created good quality music and arts. In the decade of 90’s, their artists ‘attacked’ Indonesia and very soon became very popular artists to our ears. Let me tell a part of them: Search (with the very famous vocalist Amy Search), Sheila Madjid, Siti Nurhalizah, KRU, and so on… and so on… I thought our similarity in native language, added by their easy listening songs, made them an idol for some people in Indonesia.

Now, my biggest QUESTION ended by the QUESTION MARK… is… How come they have any idea about that 90:10? Tell and explain me about that....

Btw, Happy Idul Fitri! Let’s make ‘it’ clean in heart… My fondest apology for you all.

Tuesday, June 17, 2008

Kuatnya Sebongkah Harapan

Seorang teman mengirim e-mail dengan judul di atas. Ada sedikit kontemplasi diri setelah membacanya. Melalui blog ini, aku ingin mengucapkan terima kasih kepada sso yg tdk diketahui siapa identitasnya yg telah menulis kisah ini (walau mungkin saja kisah ini fiktif).
Dahulu, ada seorang pengusaha yang cukup berhasil di kota ini. Ketika sang suami jatuh sakit, satu per satu pabrik mereka dijual. Harta mereka terkuras untuk berbagai biaya pengobatan. Hingga mereka harus pindah ke pinggiran kota dan membuka rumah makan sederhana. Sang suami pun telah tiada. Beberapa tahun kemudian, rumah makan itu pun harus berganti rupa menjadi warung makan yang lebih kecil sebelah pasar. Setelah lama tak mendengar kabarnya, kini setiap malam tampak sang istri dibantu oleh anak dan menantunya menggelar tikar berjualan lesehan di alun-alunkota. Cucunya sudah beberapa. Orang-orang pun masih mengenal masa lalunya yang berkelimpahan. Namun, ia tak kehilangan senyumnya yang tegar saat meladeni para pembeli. "Wahai ibu, bagaimana kau sedemikian kuat?"Harapan nak! Jangan kehilangan harapan. Bukankah seorang guru dunia pernah berujar, karena harapanlah seorang ibu menyusui anaknya. Karena harapanlah kita menanam pohon meski kita tahu kita tak kan sempat memetik buahnya yang ranum bertahun-tahun kemudian. Sekali kau kehilangan harapan, kau kehilangan seluruh kekuatanmu untuk menghadapi dunia".

Sunday, June 1, 2008

CELINE DION TAKING CHANCES WORLD TOUR

CELINE DION TAKING CHANCES WORLD TOUR

13 APRIL 2008 STADIUM MERDEKA KUALA LUMPUR

What do you say to taking chances? What do you say to jumping off the edge?

ma dame, je prendrai ceci risque pour vous il n’y a pas de limite de temps, et il n’y a pas de barrière de distance just to be with you… be in the same air that we breathe… i can hear your voice, that’s the best thing happened in the world

What do you say What do you say

Setelah kontrak A New Day Live in Las Vegas berakhir di Desember 2007, Celine punya rencana baru. Kalau konser di Las Vegas Celine dikunjungi fans dari penjuru dunia, pada konser bertajuk Taking Chances World Tour ini, giliran Celine yang akan mengunjungi para fans-nya di berbagai benua. Awalnya agak sedikit kecewa, karena tidak satu venue pun yang berada di Indonesia. Lokasi paling dekat di Australia atau Cina. Kalaupun tetap dipaksakan untuk berangkat ke sana, pasti membutuhkan dana yang tidak sedikit. Yah, akhirnya di-pending dulu keinginannya. Sambil menunggu kepastian berangkat atau tidak, aku juga ikut kuis yang diadakan salah satu operator di Indonesia, yang hadiahnya: Tiket Gratis plus Akomodasi ke Shanghai untuk nonton bareng konser Celine! Hehe...

Di pertengahan Februari, saat membaca surat kabar lokal di Medan, tidak sengaja mata tertuju ke iklan mini sebuah biro jasa perjalanan. Tertulis: Paket Konser Celine Dion Taking Chances di KL tanggal 8 April 2008! Masih belum percaya, sekali lagi mata meyakinkan. Ya... KL, Kuala Lumpur Malaysia! Aku langsung menelpon biro perjalanan tsb, ternyata memang benar2 ada! Untuk lebih meyakinkan lagi, aku cek di website, tetapi ternyata jadwal konser di KL belum ada. Tapi di berbagai forum dan blog sudah ramai dibicarakan. The Only One and the Luckiest City in South East Asia is Kuala Lumpur! Celine hanya memilih KL sebagai satu2nya kota tempat pertunjukan dengan alasan keamanan dan kenyamanan. It’s her decision, even I kept hoping that she’d mind to pick Indonesia as another option. Hehe...

Setelah dikalkulasi, aku pesan tiket perjalanan sendiri aja. Karena kalau dari biro perjalan cukup mahal. Untuk paket 2 hari 1 malam aja bisa kena sampai USD 415 dengan menggunakan Malaysia Airlines. Akhirnya aku pakai pesawat Air Asia aja. Aku menggunakan jasa biro perjalanan hanya untuk booking tiket konser, walau harus membayar tambahan biaya RM 30, tp setidaknya lebih aman dan praktis. Harga tiket konser luar biasa mahalnya. Yang paling murah RM 158, tapi letaknya jauh dari stage. Kemudian ada RM 288 (free seating), RM 488, RM 788, dan VIP RM 1000. Sementara VVIP tidak untuk dijual. Harga yang mahal, tapi memang pantas untuk ukuran seorang diva seperti Celine Dion. Aku pun memilih yang free seating RM 288 dengan harapan bisa dekat stage kalau datang cepat ke Stadium Merdeka. Hehe...

Minggu pertama April, dapat telepon dari biro perjalanan, memberitahukan kalau konser diundur ke tanggal 13 April 2008. Agak terkejut juga sebenarnya, sekaligus harus rela mengeluarkan uang sebesar Rp. 450.000,- untuk pengubahan jadwal pesawat. Tapi sekali niat, harus tetap dilaksanakan! Lagipula, aku memaklumi alasannya. Wajar saja kalau Celine terkena infeksi di tenggorokan. Berapa banyak jumlah konser yang sudah dilakukan, yang berarti stamina dan kondisi kesehatan dapat terganggu. Tanggal pengundurannya pun aku rasa tepat, karena aku bisa berakhir pekan di KL.

Tidak terasa, hari berganti minggu, sudah tanggal 11 April saat itu, yang berarti besok berangkat ke KL. Karena konsentrasi saat itu ke pekerjaan, persiapan untuk menikmati konser agak kurang, meski tetap tidak mengurangi rasa antusias untuk bisa segera ke Stadium Merdeka. Aku putuskan untuk berangkat satu hari lebih awal. Selain tiket konser masih belum aku pegang, aku juga ingin menikmati KL yang sudah lama tidak aku kunjungi. Begitu sampai di KL, aku menghubungi Mr. George Wong, person in charge biro perjalanan di KL untuk mengambil tiket konser. Aku rasa beliau juga utusan dari Galaxy yang merupakan promotor konser ini. Tak sabar rasanya untuk berada di Stadium Merdeka saat memegang tiket sudah ada ditangan.

I will Taking the Chances This Day!

Akhirnya, hari yang di nanti pun tiba! Ingin rasanya mempercepat waktu menjadi jam 8 malam. Untungnya aku ke KL tidak sendirian. Bersama Mukie, setelah sarapan pagi di hotel, kami sepakat untuk ‘berkunjung’ sebentar ke Stadium Merdeka. Kebetulan lokasi Grand Olympic Hotel tempat kami menginap tidak jauh dari Stadium Merdeka, only 5-10 minutes by footwalking! Di sana kami melihat stadium masih ‘bersih’, belum ada banner yang mengindikasikan seorang bintang besar akan hadir malam ini. Kursi2 masih sedikit yang disusun, panggung masih tertata sederhana, dan aku juga masih bertanya2 mengenai pemilihan lokasi konser. Kenapa harus Stadium Merdeka yang terlihat sudah tua dan jauh dari kesan mewah. Oh ya, di sana kami juga bertemu dengan panitia, dan aku langsung menanyakan di mana Celine tinggal selama di KL, we’ve got an answer: The Ritz Carlton! Langsung aku menghubungi bbrp relasi yang mungkin dapat membantu kami agar dapat mengikuti press conference. Sayangnya tidak satupun yang dapat membantu. Haha...

Akhirnya kami melanjutkan perjalanan. Saat di Menara KL, aku menyempatkan diri untuk (lagi2) melihat perkembangan venue di Stadium Merdeka, untungnya di Observation Deck terdapat alat bantu untuk melihat kota KL. Sangat jelas aku melihat venue, kali ini sudah banyak bangku berwarna-warni yang disusun. Sayangnya itu bukan buatku, krn bukan jatah RM 288. Tempatku di kursi semen, sebelah kiri dari panggung. Not a bad choice, but it looks like it’s far from the stage, hopefully not.

Sekitar jam 3-4 sore hujan turun deras, sementara kami sedang berada di Petaling Street Chinatown. Rencananya jam 5 sore kami harus sudah berada di Stadium Merdeka. Untungnya lokasi tidak jauh, sekitar 10 menit kami sudah bisa berada di Stadium Merdeka. Begitu sampai, sudah terdengar suara yang tidak asing bagiku. Celine’s taking a sound-check! Tidak ada kain penutup, penampilan Celine bisa dilihat semua orang. Di satu sisi aku merasa panitia benar2 buruk, tapi di sisi lain aku bangga dengan Celine. Dia tidak komplain sama sekali tentang hal ini, malahan dia terus melanjutkan aksi ‘konser gratis’nya. That’s one of the reasons I love Celine. Pada saat itu juga, ada gate yang terbuka tanpa ada penjagaan khusus. Aku masuk, dan sebenarnya ingin rasanya langsung menuju panggung di mana Celine berada. Tapi niat itu aku urungkan. Selain tidak ingin menarik perhatian, dan hey... budak2 malaysia, masih adakan orang Indonesia tau aturan dan taat azas? J Sekali lagi, sungguh panitia yang buruk... pengamanan untuk seorang Celine seperti itukah? Orang bebas masuk tanpa ada pengamanan ketat? Ironisnya, pintu itu dibuka sebagai pintu masuk untuk pedagang jajanan maupun produk sponsor. Apa? Ada pedagang di dalam lokasi konser? Aya-aya wae...

Meski masih sekitar jam 5, antrian sudah ramai, sesuai dengan tiket aku mengantri di Gate 4. Satu lagi penilaian tentang panitia yang buruk, antrian tidak menggunakan pembatas. Tempat antrian pun tidak layak, gersang dan berbau tidak sedap, ditambah banyaknya genangan air. Pada saat panitia membuka pintu, desak-desakan layaknya seperti mau menonton pertandingan PSMS vs Persija pun terjadi.

Setelah hampir dua jam menunggu kehadiran Celine, untuk menghilangkan kejenuhan sekaligus menarik perhatian Celine, para penonton mulai mengelu-elukan nama Celine. Penonton juga melakukan gerakan Mexican Waves. It was fun! Dan sekitar pukul 08.45, Raja dan Ratu Kerajaan Malaysia hadir di Royal Seating. Tak lama setelah itu pun, konser dimulai.

Lampu-lampu dipadamkan, kecuali stage lighting. Konser dimulai dengan adanya potongan klip Celine dengan gaya modis yang dapat dilihat di tiga layar raksasa. Suasana Stadium Merdeka bergemuruh. Selang tiga menit kemudian panggung menjadi berwarna biru, dan menyusul menjadi oranye, Celine muncul dengan menyanyikan lagu I Drove All Night. Pilihan lagu yang tepat untuk membuka konser ini. Setelah itu, lagu The Power of Love pun terdengar. Dua lagu dinyanyikan, akhirnya Celine berkomunikasi langsung dengan penonton. Pertama-tama ditujukan kepada Raja dan Ratu Malaysia yang mana Celine merasa mendapat kehormatan dengan kedatangan mereka.

… hope that those of you enjoy the show tonight. What an honor to me and all of us here on stage to have your friends among us tonight.

Dilanjutkan dengan (bagian yang digaris tebal mrpkn bagian yang paling aku sukai, menunjukan ketulusan hati dan keindahan pribadi seorang Celine Dion):

We have started this tour a couple of months ago and it has been an amazing dream so far. And it is our very first time in Kuala Lumpur… and especially all of you people are extraordinary. You have been welcoming all of us here in a very very special way, we’re feeling very welcomed. And this afternoon, when we got here, and it started to rain so hard, I was like “Aww…” but I’ve been told that it rains a lot here in the afternoon and I look up in the sky tonight and we have a beautiful moon with us, and I am very thankful, not only to the moon, but I am very thankful to all of you. First of all, if I may, apologize to all you for having to reschedule the show. I know it is not always easy to postpone and to reschedule everyone’s schedule, everybody has work, everybody has family… and I wanna to be here and have fun, to be in top-shape and I wanna thank you for your patience and your understanding. Thank you for giving me another chance to perform here in Kuala Lumpur!

Konser pun dilanjutkan dengan lantunan lagu dari album terbaru Taking Chances, pembukaan lagu dengan gitar akustiknya membangkitkan semangat. Like that song so very much. Masih belum percaya kalau Celine berada di sini. Setelah itu berturut-turut: It’s All Coming Back to Me Now, Because You Loved Me, To Love You More (seperti biasa, mengundang seorang violis tamu), Eyes On Me (ritmik yang cepat, menghangatkan suasana, dengan dancer yang outstanding), All by Myself (yang selalu membuat merinding, dan merupakan lagu yang pertama kali membuatku ‘jatuh hati’ dengan Celine, her angelic voice was heard!), Im Alive, Shadow of Love, Im Your Angel (duet with one of her backing vocalists), Alone (like this song so very much!), Pour Que Tu M’aimes Encore (dimana Celine mengatakan kalau tidak lengkap satu konsernya jika tidak menyanyikan meski satu lagu saja dalam bahasa perancis), Think Twice, My Love (Celine sangat menyukai lagu ini, written by Linda Perry).

Suasana semakin memanas, saat Celine mengatakan dia akan menyanyikan lagu sebagai kontribusi terhadap penyanyi idolanya: Queen dan James Brown. Lagu We Will Rock You, The Show Must Go On, I Feel Good, It’s A Man’s Man’s Man’s World pun dilantunkan. Akhirnya aku menyukai lagu-lagu tersebut sekaligus menambah khasanah musik.

Tidak terasa konser akan segera berakhir, tapi lagu Love Can Move Mountain dan River Deep Mountain High sejenak dapat menghentikan waktu berakhirnya. Hingga setelah itu Celine mengucapkan Good Night! Reaksi penonton datar, seakan tidak percaya kalau Celine benar-benar akan mengakhiri konser malam itu. Aku juga berpikir demikian, tipikal seorang Celine setelah mengucapkan kata perpisahan pasti selalu diiringi dengan lagu penutup. Ternyata pikiran itu benar, tak selang dua menit kemudian, Celine muncul kembali setelah mengganti pakaian untuk pertama kalinya. Terdengar interlude lagu yang legendaris. Celine dengan menggunakan gaun warna kuning muda kemudian menyanyikan lagu My Heart Will Go On. Pertunjukan pun benar-benar berakhir setelahnya.

Terlepas dari buruknya manajemen kepanitiaan, konser ini luar biasa! Penampilan Celine benar-benar sempurna! Keputusan untuk menunda konser benar-benar baik, Celine tampil in the top shape. Segala usaha yang telah dilakukan, tidak sia-sia.

Saturday, May 10, 2008

Soul Mate

Many asked,”Ivren, what are you looking for in a relationship?” I said, “A soul mate! It’s certain!” No wonder, soul mate is what I looking for (without any barriers of relation types, whether it is a romance, sibling, friendship, fraternity, or whatever). Then they asked me more,” What kind of people can be your soul mate?” I laughed…. (Because it’s so intangible that I can make no description. But, well, uh… I am intense to take any details of a real soul mate).

Here are the details:

In General

I am hoping to find my other half (sometimes I dream of having twin brother/sister, ha-ha….), the one who can finish my sentences, someone who really ‘gets’ my inner emotions.

In Romance

I like someone who has a strong intellectual streak, loyalty, and great sense of humor. They are terrific selling points. I am a romantic dater. But… if my dates can’t savor romance like I do, it might be a perfect match. I also do like someone who knows exactly what to do and say in any situation. Someone with quick-witted, incredibly stylish, and so fort (one night is insufficient to make the details, ha-ha…)

What become in my mind is how to find them. I know it’s just a matter of time. I hope, at least, my forthcoming soul mate is wondering the same about me.

POLICE OF THE OPERA

POLICE OF THE OPERA

Genres: Comedy and Suspense Thriller

Running Time: about 60 minutes

Release Date: November 26th, 2005

MPAA Rating: PG-13 for violence and language references

Distributor: Power of Danger Pictures Distribution

Cast and Credits:

Starring:

Ivren …………………………… as Tokoh Utama

M***a ………………………….. as Ma (Mi’s twin sister)

M**i*s …………………………. as Mi (Ma’s twin brother)

Pe******* ……………………… as Pe (Mi’s car driver)

Ri*** ……………………………. as Ri (the driver chaperone)

El** ……………………………… as The brother of Tokoh Utama

and

H. A***** ……………………….. as Police of the Opera

With the special appearances of

Kampung Madras Audiences…………. as The Crowd

Directed by: Joel Schumacher

Produced by: Kathleen Kennedy

Story

Malam ini tidak bisa tidur dengan nyenyak. Tokoh utama kebanjiran telpon dan SMS sejak pukul 00.00 WIB pada tanggal 26 Nopember. Tidak heran, hari itu tokoh utama sedang merayakan hari jadinya yang kesekian puluh tahun. Baru memejamkan mata sekitar 5 menit, vibrasi handphone mulai terasa, ternyata ada telpon dan sms. Demikian seterusnya sampai tidak terasa sudah jam 7 pagi. Akibatnya, waktu tidur yang seharusnya 8 jam tidak bisa dinikmati sepenuhnya oleh tokoh utama. Hal ini membuahkan mimpi buruk. Begini ceritanya... Tokoh utama entah mengapa dihadapkan pada setting di jalan raya, dengan dikelilingi oleh para polisi yang sedang menginterogasi tokoh utama. Olala, ternyata tokoh utama ditilang dengan tuduhan melanggar lampu merah. Sebenarnya topik seperti ini tidak asing lagi bagi tokoh utama di dunia kehidupan yang sebenarnya. Dengan rekor 4 kali lolos dari hadangan para polisi (dengan tuduhan yang juga sama), topik penilangan ini serasa akrab dalam benak tokoh utama sehingga muncul di dalam buah tidur (Sigmund Freud... Analyze this! Analyze this! Ha-ha..). Dan... karena mimpinya menjengkelkan, tokoh utama pun segera tersadar dan menyambut pagi 26 Nopember.

Setelah melakukan aktivitas pagi (ditambah dengan membalas SMS dan menerima telpon dari relasi2). Tokoh utama segera meluncurkan mobilnya untuk menemui salah seorang teman. Yah, beginilah nasib seseorang yang sedang berulang tahun: wajib mentraktir! Beberapa jam kemudian, terdengar dering handphone, oh ternyata Ma yang menelpon! Begitu diangkat, suara Ma yang nyaring dan sumbang seperti Giant pun menyanyikan lagu Happy Birthday... Ha-ha... Setelah itu, Ma pun menodong tokoh utama untuk wajib mentraktir. Tokoh utama tidak merasa keberatan dan menyetujuinya. Tapi Ma tidak sendiri, rencana makan bareng ini pun mengikut sertakan Mi, Pe, dan Ri.

Jam 15.30 tokoh utama pun segera berangkat dari tempat menuju pemberhentian berikutnya di Sun Plaza. Rute yang dilalui adalah jalan Pemuda. Dalam perjalanan, tokoh utama merasa ada sesuatu yang meresahkan, terlebih lagi di daerah Pemuda tampak beberapa petugas polisi yang sedang melakukan tugasnya. Teringat buah mimpi semalam, ada rasa was-was setiap kali melihat polisi. Tokoh utama pun mengalami paranoid. Setiap gerakan tangan polisi, dicurigai sebagai gerakan untuk menghentikan mobil tokoh utama. Syukurnya, hal itu tidak terjadi. Rute selanjutnya yang dilewati adalah jalan Palang Merah. Sampai dipersimpang empat, mobil tokoh utama pun berhenti dikarenakan lampu lalu lintas sedang berwarna merah. Jantung ini kemudian berdenyut kembali dengan kencang, ada polisi di depan gedung Bank Sumut! “Ah, semoga tidak terjadi apa-apa denganku.”, batin tokoh utama. Tapi doa di sore hari itu tidak terkabul. Setelah mobil di depan berjalan, tokoh utama pun mengikutinya. Tapi apa yang terjadi para penonton (pembaca), akhirnya tangan polisi kali ini benar-benar nyata melambai ke arah mobil tokoh utama. Karena merasa tidak melakukan pelanggaran apa pun, akhirnya tokoh utama menerobos polisi tersebut dan tetap berjalan. O-ouw... ternyata polisi tersebut mengejar tokoh utama dengan mengendarai sepeda motor. Aksi kejar-kejaran pun terjadi. Tapi dasar tidak beruntung, di persimpangan Zainul Arifin sedang lampu merah. Akhirnya polisi itu pun dapat mengejar tokoh utama.

“Maaf Pak, saya melakukan kesalahan apa?”, tanya tokoh utama.

“Apa kamu tidak melihat kalo kamu melanggar lampu merah?”, polisi itu sewot.

Padahal tokoh utama dengan jelas melihat bahwa lampu sudah menunjukkan warna hijau dan mobil yang ada di depan dan di belakang mobil tokoh utama juga berjalan. Kalo lampu tersebut tidak hijau, tentu mobil yang di depan dan di belakang tokoh utama tidak akan berjalan, terlebih lagi para polisi sedang bertugas. Doesn’t make sense at all!

“Lho, kan sudah hijau Pak! Mobil yang di depan saya saja sudah maju. Mobil yang di belakang pun ikut maju.”, jawab tokoh utama.

“Apa kamu tidak lihat, kalo mobil yang di depan dan di belakang kamu juga diberhentikan?”, gertaknya.

“Tidak!”, tokoh utama yakin sekali mobil-mobil tersebut tidak dihentikan.

“Pinggirkan mobil kamu!”, perintahnya.

Merasa tidak bersalah dan tidak senang dengan perlakuan polisi tersebut, tokoh utama terus melajukan mobil. Akan tetapi sang polisi berhasil menghentikan mobil sehingga terhenti di depan pintu masuk Sun Plaza. Perdebatan terus terjadi. Masing-masing pihak merasa benar dan tidak merasa mau dikalahkan. Akhirnya tokoh utama berkata,”Ok Pak... Saya tepikan dulu mobil ini, mobil-mobil yang di belakang terhalang lajunya.” Polisi itu menyetujuinya. Tapi, dalam benak tokoh utama merasa bahwa tidak sepantasnya polisi itu terus mengikutinya karena tokoh utama tidak melakukan pelanggaran apa pun. Terlebih lagi setelah polisi itu mulai mengeluarkan kata-kata yang kasar (ah, bukan cerminan aparat keamanan yang baik!). Tapi dasar tokoh utama berhati baja dan merasa jagoan, bukannya menepikan mobil, eh... malah menekan gas dengan kuatnya untuk melarikan diri. Setelah mengelilingi bundaran air mancur di Sun Plaza, polisi itu berhasil menghentikan mobil tokoh utama. Tokoh utama pun melakukan aksi kabur lagi di jalan Zainul Arifin. Kejar-kejaran pun terjadi. Malang, mobil yang dipakai tidak layak untuk aksi seperti ini (please... pihak produser perlu mengganti dengan Porsche agar aksi kejar-kejaran bisa ala Fast and Furious biar semakin seru). Mobil tokoh utama pun dihentikan di tengah jalan Cik Ditiro. Begitu polisi tersebut menghampiri mobil, dia pun langsung mencabut kunci mobil. Damn...!!!.

Sejak saat itu, opera pun memasuki klimaksnya. Satu per satu penonton berdatangan, terlebih lagi kerumunan menjadi semakin ramai akibat suara adu mulut yang sangat kuat dari sang polisi. Tokoh utama tidak mau beranjak dari dalam mobil. Mobil-mobil yang masuk ke jalan itu pun semakin banyak menyebabkan kemacetan yang cukup parah. Para penonton semakin ramai dan semakin mengangakan mulut karena serunya aksi laga ini. Tokoh utama menelpon abangnya yang kebetulan sedang berada di Deli Plaza. Sementara polisi itu merepet, tokoh utama bersikeras tidak mau untuk ditilang. Lampu pentas pun semakin menyala di tengah hiruk pikuknya penonton di sekitar Kampung Madras (ini nama kerennya, biasanya disebut Kampung Keling). Untungnya, abang yang ditunggu pun segera datang setelah 10 menit. Namun, tidak ada hasil yang signifikan. Sang polisi tetap bersikeras untuk menilang. Malah, makian-makian pun semakin sering terlontar dari mulutnya (what a manner gitu lho...! Ha-ha...).

Bantuan berikutnya ada kuartet Ma, Mi, Pe, dan Ri. Ma dan Mi begitu sampai di TKP, langsung meloncat dari mobil. Sementara Pe yang bertugas mengendarai mobil Mi, sempat turun sebentar. Pada saat itu, polisi sedang menulis surat tilang, padahal tokoh utama sudah meminta maaf. Dasar polisi keras kepala! Apalagi ada seorang bapak yang botak dan bikin kesal yang menambah bumbu-bumbu untuk menyedapkan dan semakin memanaskan aksi mencekam ini. “Sudah Pak... Tilang saja dia!”, ujarnya. Dasar! Sebenarnya tokoh utama mau mendamprat bapak itu. Karena dia tidak tau permasalahan sebenarnya, tapi kenapa dia bisa mengeluarkan ‘perintah’ seperti itu (oh, mungkin ini yang menyebabkan konflik-konflik di tanah air, selalu saja ada pihak yang merasa dirinya penting dan mengeluarkan opini-opini yang diyakininya benar meskipun sebenarnya dia tidak tahu mana benar dan mana yang salah).

Ma dan Mi (yang dijuluki ‘the twins’ karena reputasinya sebagai jabir-jabir =jago bicara, red= dari Psikologi) pun segera ambil peranan. Mi yang memiliki relasi di kepolisian sibuk memencet tombol-tombol handphonenya. Sementara Ma mengeluarkan jurus-jurus ampuh dari bibirnya yang seksi itu (ha-ha...). Akhirnya telpon tersambung, Mi menyerahkan telpon itu ke pak polisi. Pak polisi tidak mau berbicara dengan polisi yang ada di telpon (mungkin takut kali...). Sementara Ma terus mengoceh,”Vren, biarkan aja dia tilang. Lihat saja nanti siapa yang benar atau salah. Papaku punya relasi yang bisa membantu.... bla... bla... bla...” Ma menyebut beberapa orang penting yang jabatannya tentu jauh lebih tinggi dari polisi yang cuma berpangkat brigadir itu. Tokoh utama sih sebenarnya tidak mau melibatkan banyak pihak, yang penting berdamai dengan polisi itu. Tapi polisi itu tetap aja bersikeras dengan tuduhannya, padahal tokoh utama tidak bersalah! Ma ditambah dengan kekuatan Mi melontarkan jurus-jurus ampuhnya (yang dipelajari di Tibet) ke arah pak polisi. Menurut hemat tokoh utama, polisi itu sudah mulai kecut juga. Mungkin karena tidak mau kehilangan wibawanya di muka umum, dia tetap tidak mau mengubah keputusannya. Tahap akhir, surat tilang berwarna merah itu pun diserahkan. Tokoh utama bukannya gelisah malah bercanda,”Eh enak juga yah sidang tanggal 23 nanti. Semoga hasilnya bisa dapat A! Skripsi kemarin Cuma dapat B+ sih” Ha-ha... Ma dan Mi pun tidak mau kalah mengeluarkan jurus-jurus verbal terkininya.

Setelah selesai, Ma dan Mi masuk ke mobil Mi. Sementara tokoh utama masuk ke mobil merahnya, dan abang tokoh utama masuk ke dalam mobil hijaunya. Tujuan berikutnya adalah Sun Plaza yang seharusnya sudah dikunjungi beberapa puluh menit yang lalu. Tokoh utama pun memasuki daerah Medan Club dan berhenti karena lampu merah. Setelah hijau, polisi itu memanggil lagi dan menyuruh tokoh utama untuk menepi. “Ada apa lagi? Sampai jumpa di pengadilan aja deh!” seru tokoh utama sambil tidak mau berhenti dan tetap menjalankan mobil. Muka polisi itu seperti menyiratkan kegelisahan.

“Mana surat merah tadi?” tanyanya.

“Sama abang saya”, Jawab tokoh utama.

“Pertinggal kamu apa?” tanyanya lagi.

“Maaf Pak, bukan urusan Bapak! Lagipula nanti kami ketemu kok di Sun Plaza”, jawabku dengan ketus.

Mukanya semakin mengekspresikan perasaan cemas.

“Sampai jumpa tanggal 23 yah!”, jawab tokoh utama sambil mengekspresikan muka ejekan dengan lambaian tangan yang semakin membuat polisi itu jengkel. Sebenarnya tokoh utama tidak mau berbuat seperti itu karena mungkin saja merendahkan dia (walau sebenarnya makian-makian polisi aja sudah merendahkan tokoh utama), terlebih lagi dia polisi yang sebenarnya harus dapat menjadi teladan bagi penduduk sipil. Tapi bagaimana mungkin dia bisa dihormati kalau dia saja merendahkan dirinya dalam konteks tidak menjalankan tugasnya dengan prinsip dasar seorang polisi sebagai pelindung masyarakat (bukan preman yang menjadi teror bagi masyarakat).

Sampai di lokasi cafe di Sun Plaza, tokoh utama menceritakan tentang pertemuan tadi dengan Ma, Mi, Pe, dan Ri. Mi yang gelak tawanya hampir meruntuhkan Sun Plaza yang megah itu segera tertawa dengan nada dasar G (5 oktaf pula!). Ternyata Mi tadi berujar ke polisi,”Siap-siap aja deh turun pangkat!”. Polisi itu pun ternyata tidak kalah gertaknya,”Berapa harilah kau bisa mengambil kembali STNK itu?” Ma dan Mi kompak menjawab,”Senin sudah bisa. Siap-siap ajalah Pak dengan laporan-laporan kami!”.

Ma dan Mi tertawa terbahak-bahak. Pe dan Ri yang menjadi vokalis latar juga tertawa. “Pasti polisi itu tidak bisa tidur malam ini! Turun pangkat atau tidak...”, ujar Mi dengan hebohnya. Tokoh utama kemudian menceritakan kronologis peristiwanya. Yang unik, setelah penyerahan surat tilang itu, para kerumunan Kampung Madras dengan riuhnya bertepuk tangan menunjukkan bahwa opera ini sangat menghibur di tengah-tengah minimnya pertunjukkan akting yang berkualitas yang dapat mereka saksikan (ha-ha...!). Beberapa di antara mereka malah menyeletuk,”Beginilah sandiwara orang kaya!”. Tokoh utama yang merasa tidak memiliki harta yang cukup banyak membatin,”Koreksi dong! Saya tidak merasa ‘the have’. Yang kaya itu teman-teman saya ini. Yah, kaya kucing, kaya singa, kaya dinosaurus, kaya harimau, kaya ular yang siap-siap mencakar, mencabik-cabik, menerkam, menindas, mematuk sang polisi yang keras kepala itu (hihihi...).

Tokoh utama kemudian sadar bahwa akhirnya mimpi itu menjadi kenyataan. Tetapi dia tidak merasa bahwa ini merupakan suatu kesialan. Karena pada dasarnya dia puas dengan aktingnya, respon para penonton, dan dia juga merasa senang mendapat peran utama karena membuat ulang tahunnya menjadi yang paling unik dan mendapat perhatian dari sekitar ratusan penonton (ha-ha....).

Yang disesalkan, polisi itu kok bisa-bisanya seperti itu. Menurut hemat tokoh utama, kemungkinan polisi itu bisa saja menerima bayaran dari tokoh utama agar tidak ditilang. Tetapi karena sudah berada di tengah publik, tentunya dia tidak mau kehilangan wibawa dan harga diri. Saat polisi itu menanyakan keberadaan surat tilang pun, tokoh utama yakin bahwa dia hendak membatalkannya dan ingin nego dengan tokoh utama, toh... tidak di tengah keramaian lagi kan? Terlebih lagi jurus-jurus maut dari Ma dan Mi mengenai turun jabatan itu berpengaruh signifikan terhadap kecemasan polisi (bisa dijadikan hipotesis skripsi nih!).

Tokoh utama, Ma, Mi, Pe, dan Ri melanjutkan kembali makan sorenya sambil terbahak-bahak mengingat kejadian itu. Uniknya, setiap mereka berlima bertemu, ada saja kejadian yang tidak menyenangkan terjadi. Setelah pengalaman mobil mogok yang ditunggangi oleh Pe, kali ini peristiwa penilangan! Mungkin itulah power of the 5 dangers! Ha-ha...

Setelah dievaluasi, ternyata opera ini sangat berhasil, ratingnya mengalahkan program-program infotainment (ha-ha...!!!). Ekspresi muka polisi yang kecut itu pun cukup membuat terpingkal-pingkal kalo diingat-ingat kembali. Maksud untuk mengais rejeki, eh... malah malu dan takut yang diterimanya. Itulah sebabnya aku menjulukinya sebagai Police of the Opera (pelesatan dari Phantom of the Opera arahan Joel Schumacher).

Stressful event yang menyenangkan dan unik! (nah lho...!!). Setelah kejadian ini, tokoh utama bertekad untuk tetap menjadikan profesi aktor menjadi tujuan hidupnya dan ingin menoreh catatan prestasi di bidang ini (hak-hak.... please!!!!!).

Thanks to:

My deepest gratitude to Allah who gave me the strenght and faith in facing the police of the opera. I still convince that’s not a tragedy for me....

Mi, for giving me his helping hands to deal with these issue. Im so much obliged to you, Bro!

Ma, Pe, and Ri for sharing this events with me... Hope in the forthcoming events, we do not deal with policemen anymore yak!!!

Eau de Toilletes that I have accepted as my birthday presents, for your nice smells that make me feel so damn good and relax!

All the Kampung Madras Audiences for making me realize that public opinion should be awared.

Police of the Opera for making me so sure that the bad images that you have will never stop unless you start thinking to change your bad behaviour and temper! You should dedicate your life to civil society and have a determination in doing your daily job!